Jumat, 22 Mei 2015

sejarah psht

TOKOH PSHT
1.R.M. SOETOMO MANGKOEDJOJO


Beliau adalah murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo ( Pendiri PSHT ). R.M. Soetomo Mangkoedjojo adalah seorang Pendekar Tingkat III , R.M. Soetomo Mangkoedjojo disyahkan menjadi pendekar tingkat I pada tahun 1928. Berikut murid – murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang disyahkan pada tahun 1928 adalah sebagai berikut :
- Bapak Soetomo Mangkoedjojo ( Madiun )
- Bapak Hardjosajano alias Hardjo Girin ( Kepatihan Madiun )
- Bapak Moch Irsad ( Madiun )
- Dewan pengesah : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
- Pelaksanaan Pengesahan : Di kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo, Desa Pilangbango Madiun.
Kemudian pada tahun 1936 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mendirikan Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Ponorogo, dan pengesahan pertama dilakukan pada tahun 1938 yang mengesahkan sebanyak 4 orang.
Pada tahun 1948 beberapa murid Ki Hadjar Harjo Oetomo antara lain Soetomo Mangkoedjojo, Darsono, Suprodjo, Hardjo Giring, Gunawan, Hadisubroto, Hardjo Wagiran, Letnan CPM Sunardi, Sumadji al. Atmadji, Badini, Irsad dan kawan – kawan mempunyai prakasa untuk mengadakan konfrensi di tempat kediaman Ki Hadjar Harjo Oetomo . Tujuan diadakan konfrensi tersebut adalah untuk merubah / mengganti sifat Perguruan menjadi Organisasi Setia Hati Terate yang mempunyai Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Setelah Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dikukuhkan menjadi suatu organisasi maka di pilihlah R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua dan Bapak Darsono sebagai wakil ketua.
Kemudian pada tahun 1953 karena pekerjan beliau dipindah tugaskan ke Surabaya selanjutnya Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate diserah terimakan kepada bapak Irsad.
Pada tahun 1958 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mengesahkan Sdr. R.M Imam Kussupangat, Sdr. Kuswanto. BA dan Sdr. Harsanto. SH menjadi warga tingkat I, pengesahan dilakukan di Oro – Oro Ombo Madiun di rumah Bapak Santoso.
Pada tahun 1963 R.M. Soetomo Mangkoedjojo melatih langsung Sdr. R.M Imam Kussupangat tingkat II. Dan pada tahun 1964 Sdr. R.M Imam Kussupangat disyahkan menjadi warga tingkat II, pengesahan dilaksanakan di Jl. Diponegoro 45 Madiun oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai Dewan Pengesah.
Pada tahun 1966 Sdr. R.M Imam Kussupangat mulai menjalani latihan tingkat III karena dianggap berhak untuk menerima ilmu Setia Hati tingkat III oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo. Dimana ilmu tersebut berdasarkan “Wahyu” dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semenjak itu Sdr. R.M Imam Kussupangat dimulai latihan tingkat III dilatih dan disyahkan oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo ( sebagai Ketua Dewan Pusat dan Dewan Pengesah ). Maka dari itu Sdr. R.M Imam Kussupangat tidak lepas sedikitpun peranan dan bimbingan dari R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai pelatih atau disebut sebagai guru dalam pendidikan tingkat II maupun tingkat III
Tahun 1974 diselenggarakan Musyawarah Besar ( MUBES ) I Persaudaraan Setia Hati Terate dengan kesepakatan mengangkat R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate dan R.M. Imam Kussupangat sebagai Ketua Umum Pusat.
Pada tanggal 14 Desember 1975 R.M. Soetomo Mangkoedjojo wafat dan dimakamkan di Makam Cangkring Madiun.
Berikut adalah kedudukan yang pernah dipegang oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate
- Tahun 1948 adalah Ketua Umum Pusat yang pertama Persaudaraan Setia Hati Terate ( dari “ perguruan “ menjadi “ organisasi “ )
- Tahun 1956 Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate,
- Tahun 1964 Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate
- Tahun 1974 Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate
Demikian sedikit perjalanan hidup tentang R.M. Soetomo Mangkoedjojo, mudah – mudahan dengan sedikit catatan ini bisa membantu untuk tambahnya pengertian dan pengetahuan kita semua agar wawasan sejarah berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate sampai dengan perkembangannya dapat kita ikuti dan ketahui bersama secara tepat dan benar.



2.RM.IMAM KOESDOPANGAT

Sebelum melihat jauh kedepan mengenai perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate sekarang ini, kita ingatkan julukan : “PENDHITA WESI KUNING”. Siapa kah Pendhita Wesi Kuning itu? Ia dikenal seorang yang berdedikasi tinggi, dalam kamus hidupnya tidak ada kata menyerah dalam menghadapi tantangan. Pola hidupnya sederhana meskipun ia sendiri dilahirkan dari keluarga yang bermartabat, penerus trah kusumah rembesing madu amaratapa wijiling handanawarih. Kiatnya “Sepiro gedhening Sengsoro Yen Tinompo Amung dadi Cobo” dan kiat itu dihayatinya dijabarkan dalam lakunya sampai akhir hayatnya.
Ia teguh dalam pendiriannya yakni mengabdi pada sesama maka orang-orangpun memberi julukan “PENDHITA WESI KUNING” (konon julukan ini mengacu pada warna wesi kuning sebagai senjata kedewataan yang melambangkan ketegaran, kesaktian, kewibawaan sekaligus keluhuran). Ketika ia di tanya, siapakah orang yang paling dicintainya di dunia ini ?. ia akan menjawab dengan tegas “IBU “. Dan ketika ia di tanya organisasi apakah yang paling ia cintai selama di dunia ini ?. maka ia pun akan mengatakan PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE.
Dua jawabpan di atas, pertanyaan yang mengacu pada kedalaman rasa itu, telah di buktikan tidak hanya ucapan belaka tetapi dengan kerja nyata. Hampir sepanjang hidupnya waktu, tenaga, pikiran dan jiwanya dipersembahkan demi baktinya kepada keduanya itu. Yakni ibu, seorang yang telah berjasa atas keberadaan di dunia ini, dan persaudaraan setia hati terate sebuah organisasi tempat menemukan jati diri, sekaligus ajang darma baktinya dalam rangka mengabdi kepada sesama. Dialah RADEN MAS IMAM KOESOEPANGAT. Putra ketiga dari pendawa lima. Yang lahir dari garba : Raden Ayu Koesmiyatoen dengan RM AMBAR KOESSENSI. Bertepatan pada hari jum`at pahig tanggal 18 november 1938, di Madiun kakek beliau (Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat) adalah bupati Madiun VI dan neneknya (Djuwito) atau (RA Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat), merupakan figur yang di segani pada saat itu.
Menurut keterangan dari pihak keluarganya, trah Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesodiningrat selain di kenal sebagai penerus darah biru juga dikenal sebagai bangsawan yang suka bertapa brata satu laku untuk mencari hakikat hidup dengan jalan meninggalkan larangan-larangan Tuhan Yang Maha Esa serta membentengi diri dari pengaruh keduniawian. Bakat alam yang mengalir dalam darah kakeknya ini , di kemudian hari menitis ke dalam jiwa RM IMAM KOESOEPANGAT. Dan mengantarkan menjadi seorang Pendekar yang punya Kharisma dan di segani sampai ia sendiri di juluki. “Pandhita Wesi Kuning”.
Masa Kecil
Masa kecil RM IMAM KOESOEPANGAT di lalui dengan penuh suka dan duka, ia seperti hal nya saudara-saudara kandungnya (RM Imam Koesoenarto dan RM Imam Koesenomihardjo, dan RM Koesenomihardjo kakak serta RM Imam Koeskartono dan RM Abdullah Koesnowidjodjo,adik) hidup dalam asuhan kedua orang tuanya, menempati tempat tinggal kakeknya di lingkungan kabupaten Madiun . (menurut sumber terate) semasa kecilnya, RM Imam Koesoepangat belum menunjukan kelebihan yang cukup berararti. Di sekolahnya (SD latihan duru satu : sekarang SDN Indrakila Madiun) ia bukan tergolong siswa yang paling menonjol, salah satu nilai lebih yang di miliknya barangkali hanya karena keberanianya. Selain ia sendiri sejak kecil sudah di kenal sebagai bocah yang jujur dan suka membela serta suka menolong teman-teman sepermainanya.
Ketika berumur 13 tahun, semasa ia haus damba kasih dari ayahanda nasib berbicara lain RM Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke Hadirat Tuhan yang maha Esa, tepatnya pada tanggal 15 maret 1951 , sewaktu ia masih duduk di kelas 5 SDN. RM Imam Koesoepangat kecilpun seperti tercerabut dari dunia kana-kanaknya, sepeninggalnya orang yang di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun kematian tetap kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga yang terjadi pada RM Ambar Koesensie.
Hari-hari berikutnya RM Imam Koeseopangat diasuh langsung oleh ibunda RA Koesmiatoen Ambar Koesmiatoen. Di waktu-waktu senggang ibunda sering kali mendongeng tentang pahlawan-pahlawan yang dikenalnya dan tidak lupa memberi petuah hidup. Berawal dari tatakrama pergaulan, tatakrama menembah (bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) sampai merambah pada pengertian budi luhur dan mesubrata.
Masuk Persaudaraan Setia Hati Terate
Benih luhur yang di tanamkan ibundanya itu lambat laun ternyata mampu mengendap dan mengakar di dalam jiwa RM Imam Soepangat, ia lebih akrab dengan panggilan “ARIO” perhatianya terhadap nilai-nilai budi luhur kian mekar bagai bak terate di tengah telaga. Semenjak kecil sudah menyukai laku tirakat, seperti puasa dll sejalan dengan itu sikapnya mulai berubah ia mulai bisa membawa diri menempatkan perasaan serta menyadari keberadaannya. Gambaran seorang Ario kecil, sebagai bocah ingusan, sedikit demi sedikit mulai di tinggalkannya.
Rasa keingintahuan terhadap berbagai pengetahuan terutama ilmu kanuragan dan kebatinan yang menjadi idaman semenjak kecil kian hari semakin membakar semangatnya. Melecut jiwanya untuk segera menemukan jawabanya, barang kali terdorong oleh rasa keingintahuanya itulah ketika umurnya bejalan enam belas tahun RM Imam Koeseopangat mulai mewujudkan impianya. Di sela-sela kesibukanya sebagai siswa di SMP 2 Madiun, ia mulai belajar pencak silat di bawah panji-panji Persaudaraan Setia Hati terate. Kebetulan yang melatih saat itu adalah mas IRSAD (murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) selang lima tahun kemudian 1959 setelah tamat dari SMA Nasional Madiun ia berhasil menyelesaikan Pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate dan berhak menyandang gelar pendekar tingkat satu.



3.TARMADJI BOEDI HARSONO

Hidup tak ubahnya seperti air. Bergerak mengalir dari hulu, berproses, menuju muara. Begitupun perjalanan hidup H.Tarmadji Boedi Harsono, S.E. Siswa kinasih R.M. Imam Koesoepangat (peletak dasar reformasi ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate ) ini, layaknya sebagai manusia lumrah telah berproses melewati perjalanan waktu liku-liku dalamnya. Atas proses serta bimbingan langsung dari RM. Imam Koesoepangat itu pulalah, akhirnya akhirnya mencapai puncak tataran ilmu Setia Hati dan dan dipercaya menjadi Ketua Umum Pusat empat periode berturut-turut sejak, sejak tahun 1981 hingga tahun 2000. H.Tarmadji Boedi Harsono, S.E, lahir di Madiun, Februari 1946. Ia merupakan anak sulung dari enam bersaudara, dari keluarga sederhana dengan tingkat perekonomian pas-pasan. Ayahnya, Suratman, hanyalah seorang pegawai di Departemen Transmigrasi, sedangkan ibunya, Hj. Tunik hanya sebagai ibu rumah tangga. Dari latar belakang keluarga ini, dia pun melewati masa kecil penuh kesederhanaan. Namun ketika Tarmadji Boedi Harsono beranjak dewasa, kekurangan ini justru melahirkan semangat juang tinggi dalam merubah nasib, hingga dia berhasil menjadi seorang tokoh cukup diperhitungkan. Sosok tokoh yang tidak saja diperhitungkan di sisi harkat dan martabatnya, akan tetapi juga berhasil menyeruak kepermukaan dan mampu mengenyam kehidupan cukup layak dan wajar.
Masa kecil H.Tarmadji Boedi Harsono,S.E, sendiri berjalan biasa-biasa saja, laiknya seorang bocah. Di kalangan teman sepermainannnya, dia dikenal sebagai anak pemberani dan nakal. Bahkan sejak duduk di bangku kelas 3 SD Panggung Madiun, Tarmadi (demikian dia punya nama kecil) sudah berani berkelahi di luar. Kenakalannnya berlanjut hingga ia masuk SMP. Bahkan ketika duduk di SMU I Madiun, ia pernah diancam akan dikeluarkan dari sekolah jika tetap senang berkelahi.
Yang agak berbeda dibanding teman seusia adalah, kesukaan dia bermain dengan teman yang usianya jauh lebih tua. Barangkali karena kesukaannya ini, kelak menjadikan cara berpikir Tarmadji Boedi Harsono cepat kelihatan dewasa.
Masuk Persaudaraan Setia Hati Terate
Tarmadji Boedi Harsono mulai tertarik pada olah kanuragan (beladiri), saat berusia 12 tahun. Ceritanya, saat itu, tahun 1958, di halaman Rumah Dinas Walikota Madiun digelar pertandingan seni beladiri pencak silat (sekarang pemainan ganda). Satu tradisi tahunan yang selalu diadakan untuk menyambut hari proklamasi kemerdekaan. Tarmadji kecil sempat kagum pada permainan para pendekar yang tanpil di panggung. Terutama R.M Imam Koesoepangat, yang tampil saat itu dan keluar sebagai juara.
Sepulang melihat gelar permainan seni bela diri beladiri pencat silat itu, benaknya dipenuhi obsesi keperkasaan para pendekar yang tampil di gelangggang. Ia bermimipi dalam cita rasa dan kekaguman jiwa kanak-kanak. Cita rasa dan kekaguman itu, menyulut keinginan dia belajar pencak agar agar menjadi pendekar perkasa. Sosok pendekar sakti sekaligus juara, persis seperti yang tergambar dalam benaknya.
Kebetulan tidak jauh dari rumahnya, tepatnya di Paviliun Kabupaten Madiun (rumah keluarga R.M. Koesoepangat, terletak bersebelahan dengan Pendopo Kabupaten Madiun) ada latihan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate. Pelatihnya adalah R.M. Imam Koesoepangat. Selang sepekan sejak menonton permainan seni pencak silat di halaman Rumah Dinas Walikota itu, Tarmadji Boedi Harsono memberanikan diri menemui R.M Imam Koesoepangat, meminta agar diperbolehkan ikut latihan ikut latihan. Namun, permintaan itu ditolak dengan alasan usianya masih terlalu muda.
Saat itu, ada tata tertib, yang boleh mengikuti latihan Persausaraan Setia Hati Terate adalah anak dengan usia 17 tahun ke atas (sudah dewasa). Atau anak yang sudah duduk di bangku SLTA . Ia baru diperbolehkan ikut latihan pada tahun berikutnya, yakni tahun 1959. Kebetulan adik mas Imam, R.M. Abdullah Koesnowidjojo (mas gegot), juga ngotot ingin ikut latihan. Untuk menemani, Tarmadji, akhirnya diperbolehkan ikut latihan, dengan syarat, harus menempati baris paling belakang, bersama-sama dengan Mas Gegot.
Kesempatan pertama yang diberikan padanya, benar, tak disia-siakan. Hari-hari setelah diizinkan ikut latihan, boleh dibilang, dipenuhi gerak dan langkah Persaudaraan Setia Hati Terate. Apalagi jadwal latihan saat itu belum terformat seperti sekarang ini. Kadang siang hari, sepulang R.M. Imam Koesoepangat dari pekerjaannya. Tidak jarang, ia berlatih di malam hari hingga waktu fajar. Satu hal yang cukup mendukung proses latihaimya adalah kedekatan tempat tinggalnya dengan Pavilium. Ini karena rumah keluarga Tarmadji hanya terpaut sekitar 200 meter arah barat dari Paviliun. Terlebih, R.M. Abdullah Koesnowidjojo sendiri merupakan teman akrabnya. Hampir setiap hari, ia bermain di Pavilium dan setiap pukul 13.00 WIB, ia dan R.M. Abdullah Koesnowidjojo, telah menunggu kepulangan Mas Imam (panggilan akrab R.M. Imam Koesoepangat) di beranda Pavilium. Begitu melihat Mas Imam pulang, ia langsung menyalaminya dan bersabar menunggu sang pelatih makan siang. Kadang harus bersabar pula menunggu cukup lama, karena Mas Imam perlu istirahat selepas kerja.
Berhari-hari, berbulan bahkan bertahun, ketekunan dan kesabaran serupa itu dilakukannya. Obsesinya hanya satu, ia ingin menjadi pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate. Seorang pendekar yang tidak saja menguasai ilmu beladiri, tapi juga mengerti hakikat kehidupan. la ingin tampil menjadi sosok manusia seutuhnya. Manusia yang cukup diperhitungkan, menjadi teladan bagi sesama. Dan,jalan itu kini mulai terbuka. Tarmadji Boedi Harsono tidak ingin menyia-nyiakannya
Ketekunan dan kemauan kerasnya itu, menjadikan R.M. Imam Koesoepangat menaruh perhatian penuh padanya. Perhatian itu ditunjukkan dengan seringnya dia diajak mendampingi beliau melakukan tirakatan ke berbagai tempat, kendati saat itu masih siswa dan belum disyahkan.
Dari Paviliun ini, Tarmadji Boedi Harsono kecil, selain belajar pencak silat, juga mulai menyerap ajaran tatakrama pergaulan dalam lingkup kaum ningrat. Satu tatanan pergaulan kelompok bangsawan trah kadipaten pada zamannya. Pergaulannya dengan R.M. Imam Koesoepangat ini, membuka cakrawala baru baginya. Tarmadji yang lahir dan berangkat dari keluarga awam, sedikit demi sedikit mulai belajar tatakrama rutinitas hidup kaum bangsawan. Dari tatakrama bertegur sapa dengan orang yang usianya lebih tua, bertamu, makan, minum. hingga ke hal-hal yang berbau ritual, misalnya olahrasa (latihan mempertajam daya cipta) atau laku tirakat. Dalam istilah lebih ritual lagi, sering disebut sebagai tapa brata, di samping tetap tekun belajar olah kanuragan.
Salah satu pesan yang selalu ditekankan R.M. Imam Koesoepangat setiap kali mengajak dia melakukan tirakatan adalah; “Jika kamu ingin hidup bahagia, kamu harus rajin melakukan tirakat. Disiplin mengendalikan dirimu sendiri dan jangan hanya mengejar kesenangan hidup. Nek sing mokgoleki senenge, bakal ketemu sengsarana. Kosokbaline, nek sing mokgoleki sengsarane, bakal ketemu senenge (Jika kamu hanya mengejar kesenangan kamu akan terjerumus ke lembah kesengsaraan. Sebaliknya jika kamu rajin berlatih, mengendalikan hawa nafsu tirakatan, kelak kamu akan menemukan kebahagiaan). Ingat, Sepira gedhening sengsara, yen tinampa amung dadi coba (Seberat apa pun kesengsaraan yang kamu jalani, jika diterima dengan lapang dada, akan membuahkan hikmah).
Berangkat dari Pavilum ini pula, dia mulai mengenal tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate, seperti Soetomo Mangkoedjojo, Badini, Salyo (Yogyakarta). Murtadji (Solo), Sudardjo (Porong) dan Harsono (putra Ki HadjarHardjo Oetomo -pendiri PSHT), Koentjoro, Margono, Drs. Isayo (ketiganya tinggal di Surabaya, serta Niti (Malang). Di samping mulai akrab dengan sesama siswa Persaudaraan Setia Hati Terate. Di antaranya, Soedibjo (sekarang tinggal di Palembang), Sumarsono (Madiun), Bambang Tunggul Wulung (putra Soetomo Mangkoedjojo, kini tinggal di Semarang), Sudiro (alm), Sudarso (alm), Bibit Soekadi (alm) dan R.M. Abdullah Koesnowidjojo (alm).
Suatu malam, tepatnya sepekan sebelum dia disyahkan, Soetomo Mangkoedjojo datang ke rumahnya. Padahal saat itu malam sudah larut dan ia sendiri mulai beranjak tidur. Mendengar suara ketukan di pintu, ia pun bangkit, membukakan pintu. la sempat kaget saat mengetahui yang datang adalah tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate. Namun ketika dipersilakan masuk, Soetomo Mangkoedjojo menolaknya dan hanya berpesan,” Dik, persaudaraan nang SH Terate, nek ana sedulure teko, mbuh iku awan apa bengi, bukakno lawang sing amba. Mengko awakmu bakal entuk hikmahe, ” (Dik, Persaudaraan di Setia Hati Terate itu, jika ada saudara datang, entah itu siang atau malam, bukakan pintu lebar-lebar. Nanti, engkau bakal mendapatkan hikmah.)”
Pesan dari tokoh peletak dasar organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate itu, hingga di hari tuanya,seolah-olah terus terngiang dalam benaknnya. Pesan itu pulalah yang menjadikan dirinya setiap saat selalu bersedia membukakan pintu bagi warga Persaudaraan Setia Hati Terate yang bertandang ke rumahnya di Jl. MT. Haryono 80 Madiun, hingga saat ini.
Setelah berlatih selama lima tahun, yakni pada tahun 1963, Tarmadji Boedi Harsono disyahkan menjadi Pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate Tingkat I, bersama-sama Soediro,Soedarso, Bibit Soekadi, Soemarsono, Soedibjo, Bambang Tunggul Wulung dan R.M Abdullah Koesnowidjojo.
Turun ke Gelangang
Keberhasilan Tarmadji Boedi Harsono meraih gelar Pendekar Tingkat I, tidak menjadikan dirinya besar kepala. la justru menerima anugerah tersebut dengan rasa syukur dan tetap tawakal. la berprinsip, keberhasilan itu barulah awal dari perjalanannya di dunia ilmu kanuragan. Masih banyak hal yang harus dipelajarinya. Dan, itu hanya bisa dilakukan jika ia tetap tekun berlatih dan belajar. Pilihannya sudah bulat. Maknanya, ia pun harus mampu melanjutkan perjalanan hingga ke titik akhir.
Pada tahun 1961, Tarmadji mulai masuk ke gelanggang pendulangan medali pencak silat dan berhasil meraih juara I dalam permainan ganda tingkat kanak-kanak se Jawa Timur, berpasangan dengan Abdullah Koesnowidjojo. Sukses itu, diulang lagi tahun 1963. Di tahun yang sama, sebenamya Tarmadji berkeinginan turun ke pertandingan adu bebas di Madiun, akan tetapi Mas Imam melarang. la sempat menangis karena dilarang ikut bertanding. Tahun 1966, pasangan Tarmadji dan RB. Wijono kembali ikut kejuaraan yang sama di Jatim. Namun ia sombong sebelum bertanding. Meremehkan lawan. Akibatnya, gagal mempertahankan juara dan hanya berhasil merebut juara II. Kesombongan berbuah kehancuran. Kegagalan mempertahankan gelar ini, menjadikan dirinya malu berat dan tidak mau mengambil tropi kejuaraan.
Kasus serupa terulang lagi pada tahun 1968, saat mengikuti kejuaraan di Jember. Padahal sebelum berangkat Mas Imam sudah memperingatkan agar ia tidak usah ikut karena kurang persiapan. Namun Tarmadji nekat berangkat. Dan, hasilnya adalah kekalahan yang menyedihkan, karena hanya berhasil menjadi Juara harapan.
Kegagalan demi kegagalan mempertahankan gelar juara, menjadikan Tarmadji sadar bahwa sombong dan meremehkan lawan hanya akan menuai kekalahan. Untuk itu ia musti berlatih lagi. Pempersiapkan diri sebelum bertanding. Hasilnya, ia kembali mampu merebut juara I di Pra PON VII, Surabaya. Di PON VII, ia meraih juara III.
Pengalaman bertanding di gelanggang ini merupakan bekal Tarmadji melatih altet pada tahun-tahun tujuh puluhan. Bahkan pada tahun 1978, ia memberanikan diri menerjunkan altet ke gelanggang pertandingan, kendati Mas Imam, kurang sependapat. Dalam kurun waktu 1974-1978, Mas Imam sempat mengambil kebijakan tidak menurunkan atlet ke gelanggang. Namun pada tahun 1978, Tarmadji memberanikan diri membawa atlet asuhannya ke gelanggang. la pula yang berhasil meyakinkan Mas Imam, bahwa Persaudaraan Setia Hati Terate masih tetap diperhitungkan di gelanggang kejuaraan. Terbukti, sejumlah atlet asuhannya, berhasil meraih medali kejuaraan.
Sementara itu, di luar ketekunannya memperdalam gerak raga, Tarmadji Boedi Harsono kian khusyuk dalam memperdalam olah rasa. Hubungan dekatnya dengan R.M Imam Koesoepangat, memberi kesempatan luas pada dirinya untuk memperdalam Ke-SH-an. Jika dulu, ketika belum disyahkan menjadi pendekar tingat I, ia hanya diajak mendampingi Mas Imam saat beliau melakukan tirakatan, sejak disyahkan ia mulai dibimbing untuk melakukan tirakatan sendiri. Beberapa tatacara dan tatakrama laku ritual mulai diberikan, di samping bimbingan dalam menghayati jatidiri di tengah-tengah rutinitas kehidupan ini.
Di penghujung tahun 1965, setamat Tarmadji Boedi Harsono dari SMA, semangatnya untuk memperdalam ilmu Setia Hati kian menggebu. Bahkan di luar perintah R.M Imam Koesoepangat, ia nekat melakukan tirakat puasa 100 hari dan hanya makan sehari satu kali.waktu matahari tenggelam (Magrib). Ritual ini ditempuh karena terdorong semangatnya untuk merubah nasib. la ingin bangkit dari kemiskinan. la tidak ingin berkutat di papan terendah dalam strata kehidupan. la ingin diperhitungkan.
Genap 70 hari ia berpuasa, R.M Imam Koesoepangat memanggilnya. Malam itu, ia diterima langsung di ruang dalem paliviun. Padahal biasanya Mas Imam hanya menerimanya di ruang depan atau pendopo. Setelah menyalaminya, Mas Imam malam itu meminta agar ia menyelesaikan puasanya. Menurut Mas Imam, jika puasanya itu diteruskan justru akan berakibat fatal.”Dik Madji bisa gila, kalau puasanya diteruskan. Laku itu tidak cocok buat Dik Madji,” ujar Mas Imam.
“Di samping itu,” lanjut Mas Imam,” Dik Madji itu bukan saya dan saya bukan Dik Madji. Maka, goleko disik sangune urip Dik, lan aja lali golek sangune pati (carilah bekal hidup lebih dulu dan jangan lupa pula mencari bekal untuk mati).”
Kemudian dengan bahasa isyarat (sanepan) Mas Imam memberikan petunjuk tata cara laku tirakat yang cocok bagi dirinya. “Api itu musuhnya air, Dik,” ujar Mas Imam. Sanepan itu kemudian diterjemahkan oleh Tarmadji dalam proses perjalanan hidupnya, hingga suatu ketika ia benar-benar menemukan laku yang sesuai dengan kepribadiannya. la menyebut, laku tersebut sebagai proses mencari jati diri atau mengenal diri pribadi. Yakni, ilmu Setia Hati.
Malam itu juga, atas nasihat dari R.M Imam Koesoepangat, Tarmadji mengakhiri laku tirakatnya. Pagi berikutnya, ia mulai keluar rumah dan bergaul dengan lingkungan seperti hari-hari biasanya. Enam bulan berikutnya, ia mulai mencoba mencari pekerjaan dan diterima sebagai karyawan honorer pada Koperasi TNI AD, Korem 081 Dhirotsaha Jaya Madiun. Pekerjaan ini dijalaninya hingga tahun 1971.
Pada tahun 1972, ia berpindah kerja di Kantor Bendahara Madiun, namun hanya bertahan beberapa bulan dan pindah kerja lagi di PT. Gaper Migas Madiun pada paroh tahun 1973. Setahun kemudian, ia menikah dengan Hj.Siti Ruwiyatun, setelah dirinya yakin bahwa honor pekerjaannya mampu untuk membina mahligai rumah tangga. (Dari pemikahannya ini, Tarmadji Boedi Harsono dikaruniai tiga orang putra. Yakni Dani Primasari Narendrani,S.E, Bagus Rizki Dinarwan dan Arya Bagus Yoga Satria).
Di tempat kerja yang baru ini, tampaknya, Tarmadji menemukan kecocokan. Terbukti, ia bisa bertahan lama. Bahkan pada tahun 1975 ia ditunjukkan untuk menjadi semi agen minyak tanah dan diberi keleluasaan untuk memasarkan sendiri. Berawal dari sini, perekonomian keluarganya mulai kokoh. Sedikit demi sedikit ia mulai bisa menyisihkan penghasilannya, hingga pada tahun 1976 berhasil membeli armada tangki minyak tanah sendiri. Berkat keuletan dan perjuangan panjang tanpa kenal menyerah, pada tahun 1987, Termadji Boedi Harsono diangkat menjadi agen resmi Pertamina. Dalam perkembangannya, ia bahkan berhasil dipercaya untuk membuka SPBU (Pom Bensin) di Beringin Ngawi. Bahkan di dunia bisnis migas ini, ia ditunjuk memegang jabatan sebagai Ketua III, DPD V Hiswana Migas dengan wilayah kerja Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB.
Tampaknya dunia wirausaha memang tepat baginya. Ini bisa dilihat lewat pengembangan sayap usahanya, yang tidak hanya berkutat dibidang migas,tapi juga merambah ke dunia telekomunikasi dengan mendirikan sejumlah Wartel (warung telekomunikasi). Malahan di bidang ini, ia ditunjuk debagai Ketua APWI (Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia) untuk daerah Madiun dan sekitamya.
Di sela-sela kesibukan kerja Tarmadji Boedi Harsono tetap mengembangkan Persaudaraan Setia Hati Terate. Bahkan, tidak jarang ia rela mengalahkan kepentingan keluarga dan pekerjaannya demi Persaudaraan Setia Hati Terate. “Persaudaraan Setia Hati terate adalah darah dagingku. la sudah menjadi bagian dari hidupku sendiri,” tutumya.
Sementara itu, kebiasaan nyantrik di kediaman R.M Imam Koesoepangat terus dijalani. Kepercayaan dan perhatian Mas Imam sendiri setelah ia berhasil menyelesaikan pelajaran tingkat I, semakin besar. Sampai-sampai kemana pun Mas Imam pergi, ia selalu diajak mendampinginya. Tahun 1970 ia disyahkan menjadi pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate tingkat II. Tahun 1971, Tarmadji dipercaya menjadi Ketua Cabang Persaudaraan Setia Hati Terate Madiun. Jabatan tersebut dijalani hingga tahun 1974.
Latihan Tingkat III
Pada suatu siang, sekitar pukul 11.00 WIB, di Tahun 1978, Tarmadji dipanggil R.M Imam Koesoepangat di rumah Pak Badini. Orang yang diminta memanggil dia adalah Soebagyo.TA. Tanpa berpikir dua kali, ia berangkat ke Oro-Oro Ombo, tempat kediaman Pak Badini. Mas Imam mengutarakan niat, akan membuka latihan tingkat III. Tarmadji sendiri yang dipilih untuk dilatih sekaligus diangkat dan disyahkan menjadi Pendekar Tingkat III.
“Kula piyambak,Mas? (Saya sendiri,Mas?)” tanya Tarmadji agak kaget.
“Njih.Dik. Dik Madji piyambak!, (Ya, Dik. Hanya Dik Tarmadji sendiri!)” jawab Mas Imam.
Mendengar jawaban itu, Tarmadji dengan santun, menolak. la tidak bersedia disyahkan menjadi Pendekar Tingkat III jika sendirian. “Kula nyuwun rencang. Mas (Saya minta teman,Mas), “Tarmadji meminta.
“Nek Dik Madji nyuwun rencang, sinten? (Kalau Dik Madji minta teman, siapa?)” tanya Mas Imam.
Tarmadji saat itu langsung menyebut nama-nama Pendekar Tingat II seangkatan. Namun Mas Imam menolak dan bersikukuh tetap hanya akan mengangkat Tarmadji sendiri. Terjadi tarik ulur. Satu sisi Mas Imam bemiat hanya akan mengangkat dia, namun Tarmadji tetap minta teman.
“Sapa Dik, kancamu?” tanya Mas Imam. Tarmadji menyebut nama Soediro.
Nama ini pun semula ditolak. Namun atas desakan dia, akhimya Mas Imam menyetujui dengan syarat ia harus mau ikut menangung risiko. Dalam pikiran Tarmadji, apa yang disebut risiko, waktu itu adalah risiko pembiayaan yang terkait dengan pengadaan persyaratan pengesahan (ubarampe). Karenanya, ia langsung menyanggupi.
Hari-hari berikutnya, Tarmadji dan Soediro, mulai berlatih tingkat III. Pelaksanaan latihan berjalan lancar. Namun pada saat mereka disyahkan, sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Sesuatu itu, adalah hal yang di luar perhitungan akal sehat. Sesuatu yang erat kaitannya dengan misteri ghaib. Tarmadji tidak pemah menduga bahwa misteri itu akan berbuntut panjang. Dan, Wallahu a’lam bi ssawab, hanya Allah yang Maha Mengerti. Temyata dalam perjalan hidup, Soediro lebih dulu dipanggil Yang Kuasa.
Peristiwa itu, sungguh, sangat menggetarkan jiwa Tarmadji. Pedih rasanya. Lebih pedih lagi, saat ia melihat Mas Imam menangis di samping jenazah saudara seperguruannya itu. Semoga anrwah beliau diterima di sisi-Nya.
Dipercaya Memimpin Organisasi
Keberhasilannya mempelajari ilmu tertinggi di organisasi tercinta ini, menambah dirinya kian mantap, kokoh dan semakin diperhitungkan.
Cantrik setia R.M Imam Koesoepangat yang di waktu-waktu sebelumnya selalu tampil di belakang ini, sejak berhasil menyelesaikan puncak pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate, mulai diterima dan diperhitungkan di kalangan tokoh organisasi tercinta. Sejalan dengan kapasitasnya sebagai Pendekar Tingkat ni, ia mulai dipercaya tampil ke depan dengan membawa misi organisasi. Tahun 1978 Tarmadji dipilih menjadi Ketua I, mendampingi Badini sebagai Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate. Puncak kepercayaan itu berhasil diraih pada MUBES Persaudaraan Setia Hati Terate Tahun 1981. Yakni dengan terpilihnya ia menjadi Ketua Umum Pusat.
Setahun setelah Tarmadji Boedi Harsono memimpin organisasi, sejumlah terobosan yang dimungkinkan bisa mendukung pengembangan sayap organisasi diluncurkan.Salah satu produk kebijakan yang dilahirkan adalah pendirian Yayasan Setia Hati Terate lewat Akta Notaris Dharma Sanjata Sudagung No. 66/1982. Yayasan Setia Hati Terate merupakan komitmen organisasi untuk andil memberikan nilai lebih bagi masyarakat, khususnya di sektor ril. Dalam perkembangannya, di samping berhasil mendirikan Padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate di atas lahan seluas 12.290 m yang beriokasi di Jl. Merak Nambangan Kidul Kodya Madiun, yayasan ini juga mendirikan dua lembaga pendidikan formal Sekolah Menengah Umum (SMU) Kususma Terate dan Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP) Kusuma Terate serta lembaga pendidikan ketrampilan berupa kursus komputer.
Sedangkan untuk meningkatkan perekonomian warganya, Tarmadji Boedi Harsono meluncurkan produk kebijakan dalam bentuk koperasi yang kemudian diberi nama Koperasi Terate Manunggal.
Hingga saat ini, Yayasan Setia Hati Terate telah memiliki sejumlah aset, antara lain tanah seluas 12.190 m2 yang di atasnya berdiri sarana dan prasarana phisik seperti: gedung Pendapa Agung Saba Wiratama, gedung Sekretariat Persaudaraan Setia Hati Terate, gadung PUSDIKLAT (Sasana Kridangga), gedung pertemuan (Sasana Parapatan), gedung Training Centre (Sasana Pandadaran), gedung Peristirahatan (Sasana Amongraga), Kantor Yayasan Setia Hati Terate, gedung SMU dan SMTP Kusuma Terate, gadung Koperasi Terate Manunggal dan Mushola Sabaqul Khoirot.
Searah dengan itu, pergaulannya dengan para tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate pun semakin diperluas. Beberapa tokoh berpengaruh di organisasi tercinta didatangi. Dari para tokoh yang didatangi itu, ia tidak saja mampu memperdalam olah gerak dan langkah Persaudaraan Setia Hati Terate, tapi juga menerima banyak wejangan kerokhanian. Bahkan saat Tarmadji Boedi Harsono dipercaya untuk memimpi Persaudaraan Setia Hati Terate, sejumlah tokoh yang dulu pemah dihubunginya itu dengan rela menyerahkan buku-buku pakem Ke-SH-an yang mereka tulis sendiri
Wejangan, baik lisan maupun tulisan, dari para tokoh dan sesepuh ini dikemudian hari dijadikan bekal dalam memimpin Persaudaraan Setia Hati Terate. Dan terlepas dari segala kelemahannya, terbukti Tarmadji Boedi Harsono mampu membawa Persaudaraan Setia Hati Terate menjadi sebuah organisasi yang cukup diperhitungkan tidak saja di dunia persilatan tapi juga di sektor lainnya.
Sementara itu, penggarapan di sektor ideal dalam bentuk penyebaran ajaran budi luhur lewat Persaudaraan Setia Hati Terate tetap menjadi prioritas kebijakan. Dan hasilnya pun cukup melegakan. Terbukti, sejak tampuk pimpinan organisasi di pegang oleh Tarmadji Boedi Harsono, Persaudaraan Setia Hati Terate yang semula hanya berkutat di Pulau Jawa, sejengkal demi sejengkal mulai merambah ke seluruh pelosok tanah air. Bahkan mengembang lagi hingga ke luar negeri. Tercatat hingga paroh tahun 2000, Persaudaraan Setia Hati Terate telah memiliki 146 cabang di 16 provinsi di Indonesia, 20 komisariat di perguruan tinggi dan manca negara dengan jumlah anggota mencapai 1.350.000 orang.
Yang patut dipertanyakan adalah, misteri apa berpusar dibalik keberhasilan dia membawa Persaudaraan Setia Hati Terate ke tingkat yang lebih terhormat dan cukup diperhitungkan. Jawabnya, temyata ada pada tiga titik inti yang jika ditarik garis lurus akan membentuk misteri segi tiga. Titik pertama berada di Desa Pilangbango, Madiun (kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo – titik lahimya Persaudaraan Setia Hati Terate), titik kedua berada di Pavilium Kabupaten Madiun (kediaman R.M Imam Koesoepangat – titik perintisan Persaudaraan Setia Hati Terate) dan titik ketiga berada di Padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate Jl. Merak Nambangan Kidul Kodya Madiun – titik H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E mengembangkan Persaudaraan Setia Hati Terate.
Kiprah di Luar Persaudaraan Setia Hati Terate
Tampaknya memang bukan H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E, jika ia hanya puas berkutat dengan prestasi yang dicapai di dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, ia pun terbukti tampil cukup diperhitungkan. Tokoh yang mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Unmer Madiun ini juga andil di organisasi masyarakat. Bahkan sempat menduduki sejumlah jabatan cukup strategis hampir di setiap organisasi yang diikutinya.
Di sisi lain, kariermya di bidang politik juga cukup matang. Terbukti ia dipercaya menjadi wakil rakyat Kodya Madiun (anggota DPRD) hingga dua periode. Masing- masing periode 1987 -1992 dananggotaDPRDKodyaMadiunperiode 1997 – 1999. Puncak prestasi yang berhasil diraih di bidang politik ini tercipta pada tahun 1998, di mana H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E diberi kepercayaan untuk tampil 1 sebagai salah seorang Calon Wali Kota Madiun
Sementara itu, menyadari dirinya adalah seorang muslim, pada tahun 1995 ia bersama istri tercinta, Siti Ruwiatun berangkat ke tanah suci Mekah Al Mukaromah menjadi tamu Allah, menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni ibadah haji. Ibadah ini kembali diulang pada tahun 2000. Sepulang menjalankan ibadah haji, ia dipercaya memimpin IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Kodya Madiun

DASAR PSHT

Persaudaraan Setia Hati Terate 

1. PERSAUDARAAN Persaudaraan mempunyai arti Persahabatan yang sangat karib seperti layaknya saudara,pertalian persahabatan layaknya pertalian saudara. Di Organisasi PSHT; bila ada anak/orang dewasa mengikuti latihan (mendapatkan ajaran dari SH mereka disatukan perasaan senasib yang layaknya saudara) sehingga timbul rasa bila ada 1 yang sakit maka yang lain akan merasakan sakit juga.
2. SETIA HATI Setia mempunyai makna mempunyai keteguhan dalam hati ( tidak munafik). Siswa PSHT dilatih dan dididik mempunyai keteguhan hati sehingga mempunyai pendirian yang kokoh, tidak mudah goyah oleh bujuk rayu apapun sehingga setiap siswa maupun anggota PSHT (WARGA SH) bisa menjauhkan diri dari sifat-sifat munafik.
3. TERATE Terate merupakan tumbuhan air berdaun melonjong lebar, bunganya putih kadang kadang ada yang merah jambu yang mekar dimalam hari. Bunga terate bisa hidup di air yang bersih dan bisa hidup di air yang kotor na
mun tetap indah menawan. Mempunyai arti Siswa maupun Warga SH Terate diharapkan bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi lingkungannya. Bila siswa /warga SH Terate hidup di daerah yang kelam (masyarakatnya senang judi, senang mabuk, senang zina,senang mencuri)maka Orang terate tersebut harus bisa menyadarkan anggota masyarakat yang sesat tadi kembali ke jalan yang benar, jangan sampai siswa/warga SH Terate malah terjerumus dilembah kekelaman juga.
4. Hati putih dipagari warna merah namunn tetap bersinar, maksudnya bahwa manusia itu mempunyai sifat yang baik dan terpuji (dilambangkan hati putih), namun satu sisi manusia dibekali oleh nafsu. Disini kalau manusia mampu mengendalikan nafsunya maka diharapkan hatinya akan menjadi suci/bersih dan dapat bersinar (menjadi penerang lingkungan). Harapannya siswa /Warga SH Terate haruslah mampu menjalankan hidup yang baik dimasyarakat sehingga dia bisa menjadi penerang masyarakatnya.
5. PETA MERAH PUTIH BERDIRI TEGAK; Berani karena benar takut karena salah. Merah berarti berani; sedang putih menyimbolkan kesucian.Kebernaran harus ditegakkan dengan kesucian diri. Siswa SH/Warga SH haruslah berani menegakkan kebenaran dan keadilan dimuka bumi ini namun harus dilandasi kesucian diri (tanpa pamrih/imbalan/pujian)
6. MACAM-MACAM SENJATA. Orang hidup itu haruslah mempunyai pegangan, prinsip biar tidak sesat hidupnya.







JURUS Setia Hati Terate DAN LANDASAN IDIIL, KEROHANIAN 

Jurus pencak silat PSHT meliputi 36 jurus dimulai dari jurus 1 sampai dengan jurus 36. Dalam jurus– urus pencak silat PSHT itu adalahpenyatuan dari pelbagai pencak silat yang terdapat dan mempunyai dasarhidup di Indonesia. Ini tidak berarti, bahwasannya unsur–unsur pencaksilat lain di luar Indonesia tidak tersirat didalamnya. Keistimewaan jurus – jurus PSHT terekam pada jurus 25 dan jurus 12 ini menunjukkan identitasdari kepribadiaan serta jiwa dan semangat Persaudaraan Setia Hati Terate. Jurus 25 biasanya dipergunakan pada permulaan sambung sebagaiisyarat salam pembuka (uluk salam), kemudian melangkah dengan gerak jurus 12. Isyarat–isyarat tersebut dilakukan dengan sikap wasapadadalam menghadapi atau berhadap–hadapan dengan kemungkinanserangan secara mendadak atau tiba– tiba.Gerak langkah jurus–jurus PSHT pada dasarnya mewujudkan garismelurus. Memang terdapat pula jurus–jurus bersiku silang, namun tetapmembentuk langkah yang lurus pula. Beberapa jurus gerak langkaknyamundur pula. Tetapi jalannya tetap lurus. Gerak langkah lurus itumengandung makna, bahwa semua tingkah laku seorang SH-wan dalamkeadaan bagaimanapun, harus berlandaskan pada hati lurus, tidak nerliku,tidak plin–plan. Menyamping atau mundur selangkah untuk menghindaribahaya yang sifatnya untuk sementara, asalkan hati tetap lurus.LANDASAN IDIIL/KEROHANIAN

Jurus 25 Jurus 25 adalah jurus yang dilakukan pada permulaan pembukaansambung sebagai isyarat salam (uluk salam). Yang merupakan isyaratmemberikan doa harapan selamat sudah barang tentu yang dimaksuddengan doa harapan selamat ialah doa harapan selamat lahir batin. Semuayang dijumpai disekitarnya, tanpa membedakan pangkat dan tingkatkedudukannya. Pemberian salam ini menunjukkan keakraban kehalusanbudi, dikarenakan suka menghargai harkat dan martabat orang lain tanpamembedakan status sosial apapun.Gerak langkah jurus 25 dimulai dengan, membungkuk merendahkantubuh sambil menyentuh tanah, lalu berputar kekanan dan kekiri (atau sebaliknya). Gerakan membungkuk merendahkan tubuh ini mengandungarti “merendah diri,” jadi menunjukkan dengan merendahkan hati. Tidaklah salah salah satu isi dari PANCA PRASETYA ialah Sungguh –sungguh saya akan merendah hati dan menjauhkan diri dari wataksombong. Berputar/memutar kekanan dan kekiri memperingatkan kitapada lingkungan sekitar kita yang terdekat. Janganlah sekali – kalimeninggalkan atau melupakan lingkungan disekitar kita yang terdekat,karena sewaktu – waktu kita membutuhkan uluran tangannya.Merendahkan tubuh kedepan dengan menyentuh tanah berarti “mau daniklas berendah hati untuk mengormat dan uluk salam yang paling rendahsekalipun.” Tiada sesuatu yang paling rendah dari tanah yang kita injak. Namundari dalam tanah yang kita memperoleh sebagian dari tenaga dan dayakekuatan kita berasal dari tumbuh – tumbuhan dan air minum. Tidakkahtanah itu salah satu anasir dari tata susunan kehidupan jasmani kita. Unsur– unsur kehidupan jasmani manusia berasal dari unsur – unsur tanah, air,api, udara. Dan daya kekuatan jasmani kita berasal dari sari – sari empatanasir tersebut dalam bentuk zat – zat yang terdapat dalam makanan danair minum, selanjutnya tidakkah kita mendapatkan yang kita makan danminum sehari – hari itu langsung atau tidak langsung dari keringat dan jerih payah golongan yang terendah dalam masyarakat yaitu petani.Bukan insinyur pertanian yang menghasilkan padi. Tetapi petani yangsetiap hari memelihara padi hingga padi panen dengan baik. Betaparendah akhlak budi pekerti kita, jika kita melupakan mereka.Setelah mnyentuh tanah, kita membuka tangan dengan maksudmohon doa restu. Dengan segala kerendahan hati menghormat sertamemberi salam (uluk salami) siapa saja yang berada disekitar kita, sampaiyang paling rendah sekalipun. Dengan diiringi harapan, agar semuanya dalam keadaan selamat dan sejahtera lahir dan batin. Menunjukkan kebersamaan jiwa dan keluruhan budi seseorang, karena orang itu tahuberterima kasih atas kebaikan orang lain. Sementara itu sudahkah kitaberterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menghidupi danmemberikan sehari– hari Gerakan selanjutnya menarik kaki yangbelakang kemuka menjadi sejajar, dalam keadaan dan sikap berdir tegak.Sementara kedua belah tangan di angkat setinggi pelipis dalamsikap:”memajatkan doa.” Sikap ini hendaknya dengan panjatan doamenurut agama dan keyakinan masing– masing sikap ini menunjukkanketakwaan seorang SH-wan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam keadaan bagaimanapun juga seorang insan SH harus selalu berdoa demikeselamatan diri pribadinya berikut yang berada dilingkungan sekitarnya.Dengan demikian secara singkat jurus 25 berisikan dengan segalakerendahan hati menghormat serta mengharapkan keselamatansemuanya yang berada di sekitar, termasuk yang terendah sekalipun,diiringi dengan permohonan doa restu serta panjatan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksakan tugas. Kemudian kembali berdirimengambil sikap berdiri di AS, mengahdapkan pribadinya berkiblat kepada Tuhan dengan penyerahan secara total.

Jurus 12 Jurus ini berisikan isyarat memberi salam kepada seseorang yangsedang dihadapi secara langsung. Dalamkeadaan biasa, apabila kitabertemu dengan seorang yang baru kita kenal, kita tentu saling memberisalam atau berjabat tangan.Bagi seorang insan SH-wan berjabt tangan itu tidak hanya terbataskepada seorang kawan saja, tetapi kepada siapapun yang sedang dihadapisecara langsung, meskipun lawan sekalipun. Kepada lawanpun kita harusmengahrapkan keselamtannya lahir batin. Dengan demikian dapatdisimpulkan, bahwa jurus 25 dan jurus 12 disamping menunjukkanidentitas dan kepribadian seorang insan SH-wan, juga memancarkan sinarkeluhuran budi dalam mengahdapi tantangan dari siapapun, baiktantangan dari siapapun, baik tantangan itu datang dari kawan atau darilawan.

Jurus 20
Jurus 20 dalam pencak silat SH tidak dinyatakan dalam jurus– jurusyang lain, karena dihubungkan dengan sifat 20 Yang Maha Esa. Sifat 20 Tuhan itu pada hakekatnya mengejawantahkan ke Esa an, dan keagungan Tuhan, tiada lain yang agung kecuali Tuhan oleh karena yang disebutMaha Esa dan Maha Agung. Sifat 20 Tuhan harus kita sadari, harus kitasadari, harus kita yakini. Harus kita rasakan didalam Hati Sanubari kita.Esa dalam artinya Sawiji, tunggal, mutlak utuh bulat.Ke Esaan Tuhan itu menunjukkan kepada kita, bahwa Tuhan adalah :a.Esa pada Dzatnyab.Esa pada Sifatnyac.Esa pada Namanyad.Esa pada Af’’al atau Makartinya Sifat ke Esaan Tuhan itu melingkupi, menyerapi dan menyertai alamseisinya dalam Tata Wisesa, Kuasa, dan Karsanya. Kenyataan sejati initidak dapat dijangkau dengan akal pikiran maupun panca indra. Akalpikiran dan panca indra masing–masing mempunyai sifat yang terbatas.Sedang ke Esaan Tuhan tiada batas dalam ukuran waktu dan ruang, tiadabanding, kesamaan dan persamaannya, kekal, abadi sepanjang masa. Tidak mungkin ke Esaan Tuhan itu dapat dinilai atau diukur denganukuran yang serba terbatas. Meskipun demikian sifat ke Esaan Tuhan itudapat dan mungkin kita amati dengan “rasa pengrasa yang halus danmendalam.” Yaitu rasa kebatinan kita. Untuk meyakini eksistasi dari keEsan Tuhan kita hendaklah menghayati dan mendalami dan melatih saptawasita tama yang ke tujuh. “Barang siapa melatih rasaning rasa insya-Allah ia dapat laun akan terasa rosing rasa.” Jurus 20 itu menjiwai 35 buah jurus yang lain dalam suatu totalitas.Nilai spiritual jurus 20 itu sangat luas dan mendalam diibaratkan
samudra yang tak bertepian. Pada hakekatnya jurus 20 itu bersambung berkaitandengan Iman dan Taukhid. Berhubung dengan itu sulit dan tidakmungkinlah jurus 20 itu dinyatakan dengan suatu lukisan atau rangkaiankata–kata.Dengan pengahayatan dan latihan – latihan olah jiwa yang teratur,terarah dan mantap jurus 20 dapat dijajaki, didalami sampai terasa sendiriapa dan bagaimanakah sesungguhnya jurus 20 itu sebenarnya. Secarasingkat jurus 20 dapat disimpulkan sebagai berikut: “mensanubarikan diridalam pribadi.” Ini berarti diri lebur menyerap masuk kedalam HatiSanubari. Dengan demikian diri dengan pribadi atau Hati Sanubarimanunggal sawiji, tungal dan utuh. Manusianya pun mewujudkan suatutotalitas yang mandiri yang berarti sadar akan adanya atau eksistensisendiri dalam hubungannya dengan alam semesta dan Penciptanya. Sikapdiri pribadinya terhadap Illahi akan berwujud penyerahan secara totalkepada Sang Pencipta seluruh alam raya ini. Selanjutnya akan tiada jarakatau antara Objek dan Subjek Mutlak.Apakah yang harus dihayati untuk menggapai jurus 20.a.Melatih menguasai berdiri Alif.b.Melatih Sapta Wasita Tama yang ke tujuh dengan landasan pernafasanmenurut ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate.c.Segala sesuatu dilakukan yang dikerjakan dengan keiklasan hati. Tidakmerasa dipaksa atau karena terpaksa. Iklas disini mencakup “pantang menggerutu” karena menggerutu itu berarti ingin mengatur Tuhan,sebab merasa diperlakukan tidak adil, tidak sesuai dengan keinginanya.d.Dalam segala hal selalu mendahulukan Tuhan dari sesuatu yang lainkarena. “barang siapa mendahulukan sesuatu daripada Tuhan, makadia itu belum beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jikalau engkau sudah tidak bimbang dan ragu lagi, bahwasannyaengkau merasa manunggal dengan Tuhan, maka sesungguhnya semuasudah ada padamu, keperwiraan, kejayaan, kewibawaan, kesejahteraanyang bersifat lahir batin atau jasmani dan rohani sudah kau kuasai.Dengan tiada aji atau mantera apapun dapat mempengaruhimu, karenasemua kekuatan sudah kamu miliki dan kamu kuasai, tiada lagi yang perludikejar.Hanya Tuhan Pencipta alam raya ini yang paling sempurna tiadamanusia didunia ini yang sempurna, manusia hanya bisa berusaha lebihbaik dari waktu kewaktu, bisa lebih dekat dengan Penciptanya.
 
 
 
 
Panca dasar persaudaraan setia hati iterate meliputi:

1.Persaudaraan
2.Olahraga
3.Beladiri
4.Kesenian
5.Kerohanian/ke SH an

Persaudaraan adalah suatu hubungan batin antar manusia dengan manusia yang sfatnyaseperti saudara kandung sendiri,dalam PSHT juga lebih dikenal dengan hubungan batinantara warga dengan warga,warga dengan siswa,siswa dengan siswa yang kekal abadidan semua dianggap seprti saudara kandung sendiri.Wujud persaudaraan ada dua(2) yaitu berjabat tangan dan sambung.

Olahraga adalah mengolah raga atau tubuh dengan gerakan-gerakan pencak silat yangdiajarkan dalam PSHT.

Beladiri yaitu membela diri yang dapat diwujudkan seperti pencak silat yang digunakanuntuk melayani bila keadaan memaksa atau bila benar-benar diperlukan dan beladiribukan digunakan untuk melawan seseorang.

Kesenian yaitu keindahan,Kesenian dalam pencak silat dapat berbentuk permainantunggal ganda atau massal

Kerohanian/ke SH an yaitu sumber azas Tuhan YME untuk mendapat budi luhur gunakesempurnaan hidup
 
 
 
 
Makna perlengkapan pengesyahan sebagai suatu ajaran

A) Kain mori putih sepanjang tinggi badan tangan melambai (sag dedeg pengawe)- 

- Mori ( bhs jawa. Artinya menyatu , melekat, campur )

- Warna putih suci bersih

- Sag dedeg pengawe artinya menurut batas kemampuan masing-masing

B) Pakaian syakral warna hitam, warna hitam melambangkan kesabaran 
C) Uang logam artinya bisa di terima oleh masyaraka 
t banyak, tidak mudah terkoyak
D) Ayam jago di maksudkan 
- Sebagai suwatu latihan berkorban dengan ikhlas
- Di harpkan menjadi jagonya SH, yaitu warga SH di harapkan bisa menjadi
pemimpinyang baik dan bijaksana
E) Suruh temu rose/ ruasnya 
- Suruh artinya kaweruh ( mencari ilmu )
- Temu rose artinya temu rasane / rasanya yaitu rasa persaudaraan yang dalam
F) Pisang rojo temen setangkep 
- Pisang lambang rezeki dari Allah SWT
- Rojo artinya raja/ pemimpin
- Temen artinya jujur, sungguh sungguh
G) Gelas minum yaitu gelas bening untuk tempat air pengesyahan
 
 
 
 
 
 
 
TINGKATAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERBAGI:

Tingkatan Siswa Polos: Menggunakan sabuk berwarna hitam, dengan materi gerakan-gerakan dasar berupa Senam Dasar 1–30. Jurus Dasar 1a–6 

Jambon: Menggunakan sabuk berwarna merah muda, dengan materi Senam Dasar 1 – 50, Jurus Tangan Kosong 1a – 13. Mulai diajarkan pengenalan senjata tongkat (toya) dengan materi, Senam Toya 1 – 10 dan Jurus Toya 1 – 5, serta materi pelajaran kerohanian. 

Hijau: Menggunakan sabuk berwarna hijau, materi Senam Dasar 1– 70, Jurus Tangan Kosong 1a – 25b. Mulai diajarkan pengenalan senjata tongkat (toya) dan belati dengan materi, Senam Toya 1– 20 dan Jurus Toya 1 – 10, lanjutan pelajaran kerohanian, serta permainan kuncian.


Putih: Menggunakan sabuk berwarna putih, dengan materi Senam Dasar 1 – 90, Jurus Tangan Kosong 1a – 35, dan mulai diajarkan pengenalan senjata tongkat (toya), senjata belati serta senjata pencak silat lainnya, dengan materi, Senam Toya 1–25, dan Jurus Toya 1 – 15, lanjutan pelajaran kerohanian, serta permainan kuncian lanjutan.
 
 
 
 
PENJELASAN TENTANG UBO RAMPE PENGESAHAN PSHT

Kain mori putih bahan dari katun (cara merawat , kegunaan akan di jelaskan menjelangakhir pengesyahan ) 

Pakaian syakral bewarna hitam standart SHT yaitu celana potong kolor longgar, kolorbewarna putih sebesar jari kelingking, pakai mestak, panjang di atas mata kaki dan bajukurung longgar, kancing baju dengan tali putih, pakai krah (gulon ), lengan pan 
jang,ujung lengan tampak lebih lebar

Uang logam berjumlah 36 keping di upayakan nominal menurut kemampuan, denganpengertian nominal lebih besar akan lebih baik, sebaiknya uang di cuci bersih. 

Ayam jago, harus memenuhi syarat untuk di jadikan latihan berkorban yaitu jago yangsudah dewasa, sehat tidak cacat, gemuk, baik di senangi, upayakan beli sendiri atauternak sendiri bukan di belikan orang lain sebab ukuran senang itu datang dari dirisendiri belum tentu sama dengan yang di senangi orang lain, demikian juga ukuran baik itu datang dari dalam diri sendiri dan belum tentu sama baiknya orang lain denganbaiknya diri sendiri 

Suruh temu rose/ ruasnya, belu suruh di pasar sebanyak satu ikat ukuran sedang tidak boleh di tawar, pembelian di lakukan hanya sekali tidak boleh di ulang dan beli sendiritidak boleh di belikan orang lainHasil pembelian suruh satelah sampai di rumah di cari yang temu rose / ruasnya(sebaiknya di dampingi warga yang setelah mengerti tentang suruh temu rose / ruasnya),yang temu rose / ruasnya di bungkus untuk di bawah ke tempat pengesyahan 

Pisang rojo temen setangkep (dua sisir), di beli di pasar, kwalitas baik, tidak boleh adadempet (dua pisang yang kulitnya dempet adi satu) 

Lilin ukuran sedang jumlah satu buah (di perkirakan habis di nyalakan selama empat jam ) 

Gelas minum ukuran sedang ridak bentet/ retak, bersih
 
 
 
 TATA LAKSANA LATIHAN
Tatalaksana latihan meliputi pengaturan:
Tahap latihan masing-masing tingkatan siswa.
Materi latihan fisik, tehnik dan taktik.
Sistimatik metode latihan.
Pembinaan prestasi pertandingan
Kegiatan latihan/pembinaan lainnya (latihan gabungan, kamping latihan medan, latihan fsiik dan lain-lain).

Tahap latihan tingkatan siswa 
Pra siswa: Khusus bagi kelompok umur 9-14 tahun (kanak-kanak) dan kelompok umur 14-16 tahun (remaja) lama latihan 3 bulan, min–12 pertemuan, max 16 pertemuan
Polos: Lama latihan 4 bulan, dengan jumlah latihan, min 16 pertemuan
Jambon: Lama latihan 6 bulan, dengan jumlah latihan, min–24 pertemuan
Hijau: Lama latihan 8 bulan, dengan jumlah latihan, min-32 pertemuan
Putih: Lama latihan 8 bulan, dengan jumlah latihan, min-32 pertemuan

Materi latihan terdiri dari: 
Materi latihan fisik
Materi latihan tehnik
Materi latihan taktik
Materi latihan fisik
Pemeriksaan kondisi fisik
Pemanasan
Ausdouwer/ketahanan
Stamina
Kecepatan dan ketepatan
Dasar ketrampilan
Pernapasan
Materi latihan teknik
Senam missal
Senam dasar
Jurus
Senam toya
Jurus belati
Kuncian dan lepasan
Senjata PS lainnya
Materi latihan taktik
Padanan
Analisa jurus
Pola langkah
Sambut
Jurus refleks
Beladiri praktis

Uraian materi untuk tiap tingkatan tersusun dalam matrik 
Sistematika latihan dan metode latihan
Sistematika pelaksanaan latihan dan waktu, terdiri dari:
Latihan pendahuluan
Peregangan (5 menit)
Pernapasan (8 menit)
Latihan inti
Latihan fisik (30 menit)
Latihan tehnik (60 menit)
Latihan taktik (60 menit)
Pembinaan mental–kerohanian (khusus dan pernapasan).

PERATURAN PELAKSANAAN LATIHAN 
Penanggung jawab rayon, ranting, cabang membuat program latihan tentang tugas-tugas untuk Pelatih dan Siswa yang disesuaikan lokasi tempat latihan.
Pelatih 15 menit sebelumnya harus berada di tempat latihan .
Pengisian absen
Setiap siswa harus mengikuti latihan secara terus menerus.
Siswa yang tidak dapat hadir pada waktu latihan 3 (tiga) kali berturut-turut diberi peringatan pertama. Setelah peringatan pertama ternyata siswa tersebut tidak memperhatikannya, maka perlu diberi peringatan kedua dan seterusnya sampai peringatan ketiga.
Setelah sampai peringatan 3 (tiga) kali berturut-turut ternyata siswa tersebut tetap tidak memperhatikan disiplin organisasi, maka sisiwa yang bersangkutan terpaksa dikeluarkan dari Persaudaraan SH Terate dan tidak berhak memakai/ menggunakan identitas Persaudaraan SH Terate. Pengeluaran siswa tersebut dinyatakan secara tertulis dan dibuat rangkap 3 (tiga). Aslinya diberikan kepada orang tua/wali yang bersangkutan lembar 2 (dua) dikirim ke Cabang sebagai tembusan, lembar ke 3 (tiga) tinggal di rayon sebagai arsip. Jika dikemudian hari ex. Siswa tersebut ingin mengikuti latihan kembali, maka kepada ex. Siswa tersebut diwajibkan memenuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan dan lebih berat misalnya menemui atau menghubungi pengurus cabang atau sesepuh SHT yang lebih banyak lagi. Pelajaran ke-SH-an diberikan dan ditanamkan sejak siswa mulai mengikuti latihan sampai mereka ikut pengesahannya. Pemberian ke-SH-an disesuaikan dengan tingkatan atau ban. Siswa yang akan mengikuti ujian kenaikan tingkat atau ban diwajibkan Testing ke-SH-an disamping testing teknis yang diadakan oleh masing-masing rayon. Hasil testing masing-masing rayon harus dilaporkan ke Cabang hanya mereka yang lulus testing rayon yang dibolehkan mengikuti ujian kenaikan tingkat atau ban.

METODE DAN MATERI PEMBINAAN TEHNIK DAN LATIHAN 
LATIHAN FISIK
Pemeriksaan Kondisi Fisik
Pemeriksaan kondisi secara medis (bagi yang memungkinkan)
Test kondisi, aerobik

Pemanasan 
Latihan senam umum. Pembinaan kelenturan, keseimbangan dan kecepatan, ketepatan.
Leher
Dada
Perut-pinggang
Pinggang kiri dan kanan
Gerak tungkai ke depan, samping, belakang
Keseimbangan
Kuda-kuda
Latihan senam pagi Indonesia seri D dan senam kesegaran jasmani yang dilakukan dengan irama musik

Latihan Ausdouwer 
Paket I
Springan, loncat 5 menit.
Pukulan lurus
Pukulan bandul
Kombinasi bandul dan lurus
Sikutan cepat kanan kiri seperti senam 24 (kaki sejajar)
Tahan pipi, tangan mengepal di pipi.
Dengkulan cepat
Tendangan cepat A
Tendangan cepat C
Tendangan cepat T
Kombinasi tendangan A & C
Tendangan cepat diawali dari jongkok
Scot Jump
Spir perut atas, badan diangkat
Spir perut bawah, kaki diangkat
Pus up tangan terbuka
Pus up tangan mengepal
Pus up tangan pedangan
Pus up ditempat loncat tangan terbuka
Pus up ditempat loncat tangan mengepal.

Paket 2 
Springan
Pukulan lurus
Pukulan bandul
Kombinasi bandul dan lurus
Sikutan cepat kanan kiri seperti 24
SIkut cepat ke atas kanan dan kiri
Tahan pipi tangan mengepal
Dengkulan cepat
Tendangan cepat A
Tendangan cepat C
Tendangan cepat T
Tendangan Cepat B
Kombinasi tendangan A dan T
Tendangan cepat A diawali jongkok
Scot Jump
Jalan ongkong-ongkong
Spir perut atas badan diangkat
Spir perut bawah kaki diangkat
Pus up tangan terbuka
Pus up tangan mengepal
Pus up tangan pedangan
Pus up ditempat loncat tangan terbuka
Pus up ditempat loncat tangan mengepal
Pus up ditempat loncat tangan pegangan
Pus up berjalan tangan terbuka loncat
Pus up berjalan tangan mengepal loncat
Lemparan kaki ke belakang
Lemparan kaki ke depan
Latihan tangan membuka dan menutup

Paket 3 
Springan
Pukulan lurus
Pukulan bandul
Kombinasi bandul dan lurus
Sikutan cepat kanan kiri seperti senam 24
SIkut cepat ke atas kanan dan kiri
Sikutan cepat kanan kiri, kaki sejajar
Tahan pipi tangan mengepal menempel di pipi
Dengkulan cepat
tendangan cepat A
Tendangan cepat C
Tendangan cepat T
Tendangan Cepat B
Kombinasi tendangan A dan B
Tendangan cepat A diawali jongkok
Spir paha
Scot Jump
Jalan ongkong-ongkong
Loncat kanguru
Slimpuh langsung tendangan A
Spir perut atas badan diangkat
Spir perut bawah kaki diangkat
Pus up tangan terbuka
Pus up tangan mengepal
Pus up tangan pedangan
Pus up ditempat loncat tangan terbuka
Pus up ditempat loncat tangan mengepal
Pus up ditempat loncat tangan pegangan
Pus up berjalan tangan terbuka loncat
Pus up berjalan tangan pedangan loncat
Jalan mengepal
Lemparan kaki ke belakang
Lemparan kaki ke depan
atihan tangan membuka dan menutup
Spir leher
Spir leher berputar
Spir punggung

Paket 4 
Springan
Pukulan lurus
Pukulan bandul
Kombinasi bandul dan lurus
Sikutan cepat kanan kiri seperti 24
SIkut cepat ke atas kanan dan kiri
Sikutan cepat kanan kiri, kaki sejajar
Tahan pipi tangan mengepal menempel di pipi
Dengkulan cepat
Tendangan cepat A
Tendangan cepat C
Tendangan cepat T
Tendangan Cepat B
Kombinasi tendangan A dan T
Tendangan cepat A diawali dari jongkok
Spir paha
Scot Jump/loncat jongkok
Jalan ongkong-ongkong
Loncat kanguru
Slimpuh langsung tendangan A
Loncat katak berputar, hitungan 1, 2, 3, 4 kemudian hitungan 4 berputar melingkar ke kiri, kanan
Spir perut atas badan diangkat
Spir perut bawah kaki diangkat
Pus up tangan terbuka
Pus up tangan mengepal
Pus up tangan pedangan
pus up tangan kiri terbuka
pus up tangan satu terbuka
pus up tangan satu mengepal
Pus up ditempat loncat tangan terbuka
Pus up ditempat loncat tangan mengepal
Pus up ditempat loncat tangan pegangan
Pus up berjalan tangan terbuka loncat
Pus up berjalan tangan mengepal loncat
pus up berjalan tangan pedangan loncat
Jalan mengepal
pus up kapal putar kedepan
pus up kapal putar kebelakang
Lemparan kaki ke belakang
Lemparan kaki ke depan
Latihan tangan membuka dan menutup
spir leher
spir leher berputar
spir punggung
kayang berjalan ke belakang
kayang berjalan ke depan
rol kip.

1. Latihan Bebas: Untuk tingkat Hijau dan telah dewasa 
Spir tangan. Menggunakan sapu lidi, Menggunakan dempel dan tali, dan Menggunakan katrol tangan
2. Spir kaki: Menggunakan beban, katrol di kaki, Menggunakan peralatan lain-lain

STAMINA 
Lari ditempat
Tingkat polos: 5 menit
Tingkat Jambon: 7 menit
Tingkat Hijau: 9 menit
Tingkat Putih: 10 menit

Lari 
Tingkat polos: 20 meni
Tingkat jambon: 30 menit
Tingkat hijau: 40 menit
Tingkat putih : 50 menit

DASAR KETRAMPILAN 
Jatuh Diri
Tingkat polos
a. jatuh depan
b. jatuh samping (dari posisi jongkok)
c. jatuh belakang
Tingkat Jambon
a. jatuh depan
b. jatuh samping (dari posisi berdiri = bisa)
c. jatuh belakang
Tingkat Hijau
a. jatuh depan
b. jatuh samping dari posisi berdiri = trampil
c. jatuh belakang
Tingkat Putih
a. jatuh depan
b. jatuh samping dari posisi berdiri = mahir
c. jatuh belakang

Koordinasi sikap dan gerak 
Sikap berdiri : a. sikap tegak
Tangan lurus ke samping
Tangan kepal di samping
Tangan menyatu di dada (sikap berdiri alif)

Sikap berdiri : b. sikap kuda-kuda 
Depan
Samping
Belakang
Tengah
Silang
Sikap jongkok:
a. Jongkok
b. Jengkekng (jongkok dg ujung kaki jinjit)
Sikap duduk:
a. duduk
b. sila
c. simpuh
d. sempok
ikap berbaring:
a. telentang
b. miring
c. telungkup
Sikap khusus: tegak satu kaki
Sikap pasang: sesuai dan pasangan pada jurus 1 s/d36

PERNAFASAN 
Pernafasan Tanpa Gerak
Pernafasan lurus
Pernafasan dada
Pernafasan perut
Pernafasan kombinasi dada dan perut
Pernafasan SH Terate
Untuk Polos: Pernapasan lurus
Jambon: Pernapasan dada saja. Pernapasan perut saja
Hijau: Pernapasan kombinasi dada dan perut
Putih: Pernapasan SH Terate

Pernapasan dengan gerak 
Untuk Polos dan Jambon: Belum ada
Untuk Hijau: 1. Pernapasan dada dengan
Tangkisan tangan dan kaki
Serangan tangan dan kaki
Hindaran

2. Pernapasan perut dengan 
Tangkisan tangan/kaki
Serangan tangan/kaki
Hindaran

Untuk Putih: a. Pernapasan lurus dengan gerak jurus 
b. Pernapasan dada, perut dengan gerak jurus

LATIHAN TEHNIK 
Pemeriksaan Kondisi Fisik
1. Senam massal: Tingkat Polos: 1-30
Tingkat Jambon : 1-40
Tingkat Hijau : 1-50
Tingkat Putih : 1-60

2. Senam dasar: Tingkat Polos: 1-30 
Tingkat Jambon : 1-60
Tingkat Hijau : 1-70
Tingkat Putih : 1-90
3. Praktek Jurus : Tingkat Polos: 1-4
Tingkat Jambon : 1-11
Tingkat Hijau : 1-2

Tingkat Putih : 1-35 
4. Pasangan :Tingkat Polos : 1-4
Tingkat Jambon : 1-11
T ingkat Hijau : 1-20
Tingkat Putih : 1-35

5. Langkah: Tingkat Polos:Angkatan 
Geseran
Tingkat Jambon: Angkatan-laporan
Geseran-loncatan
Tingkat Hijau: Angkatan-lampatan
Geseran seser
- Loncatan Tingkat Putih : Angkatan-lompatan
Geseran-seser
loncatan-putaran

6. Senam Toya: Tingkat Polos: - 
Tingkat Jambon : 1 – 15
Tingkat Hijau : 1 – 20
Tingkat Putih : 1 - 25

7. Jurus Toya Tingkat Polos: Tingkat Polos: - 
Tingkat Jambon : 1 – 10
Tingkat Hijau : 1 – 15
Tingkat Putih : 1 - 20

8. Jurus Belati Tingkat Polos:Tingkat Polos: - 
Tingkat Jambon : -
Tingkat Hijau : 1 – 10
Tingkat Putih : 1 - 18

9. Kuncian dan lepasan Tingkat Polos: Tingkat Polos: - 
Tingkat Jambon : 1 – 26
Tingkat Hijau : 1 – 44
ingkat Putih : -

10. Senjata PS lain Tingkat Polos: Tingkat Polos: - 
Tingkat Jambon : -
Tingkat Hijau : - Golok
- Pedang
Tingkat Putih : - Golok
- Pedang
- Trisula
- Krambe
 
·       
gambar lambang psht

·        psht(1922) & stk(1903)

·        sejarah psht

sejarah psht

By ekokuat
Manusia dapat dihancurkan
Manusia dapat dimatikan
akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan
selama manusia itu setia pada hatinya
atau ber-SH pada dirinya sendiri
Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate itu ternyata sampai sekarang tetap bergaung dan berhasil melambungkan PSHT sebagai sebuah organisasi yang berpangkal pada “persaudaraan” yang kekal dan abadi.
Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1890. Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo, terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu terjadi di desa Winongo saat bangsa Belanda mencengkeramkan kuku jajahannya di Indonesia.
Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi jalan yang dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu berkelok penuh dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng Madiun, sesuai beliau menamatkan bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini – red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.
Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap Negara Belanda – karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda -, Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor Madiun. Empat bulan berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil diangkat menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan.
Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Menginjak tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula Rejo Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu. Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga beliau bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yang kemudian memberi pekerjaan kepadanya di stasion Madiun sebagai pekerja harian.
Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan “Harta Jaya” semacam perkumpulan koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris Madiun.
Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau belum mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu yang dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki Ngabehi Soerodiwiryo.
Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti nama dari sebuah perkumpulan silat yang semula bernama “Djojo Gendilo Cipto Mulyo”.
Masuk Sarikat Islam.
Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan beliau bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir negara penjajah, malah beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai pengurus. Sedangkan di waktu senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan berhasil mendirikan perguruan silat yang diberi nama SH Pencak Spor Club. Tepatnya di desa Pilangbangau – Kodya Madiun Jawa Timur, kendati tidak berjalan lama karena tercium Belanda dan dibubarkan.
Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian hari kian bertambah. Tipu muslihatpun dijalankan. Untuk mengelabuhi Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda, diam-diam dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata “Pencak” hingga tinggal “SH Sport Club”. Rupanya nasib baik berpihak kepada Ki Hadjar. Muslihat yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda membiarkan kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid pertamanya yakni, Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini, Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.
Ditangkap Belanda.
Demikianlah, hingga bertambah hari, bulan dan tahun, murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda. Sayang, pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara Madiun.
Pupuskah semangat beliau ? Ternyata tidak. Bahkan semakin menggelegak. Dengan diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib yang ditahan di penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum berhasil, lagi-lagi Belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah ke penjara Cipinang dan seterusnya dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di penjara dan kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.
Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan lagi. Dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan sayapnya. Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke Indonesia SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi “SH Terate”. Konon nama ini diambil setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari salah seorang muridnya Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah seorang tokoh Indonesia Muda.
Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai berkembang merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo singkat telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan. Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan berpendapat. Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta saudara seperguruan lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang cukup bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus “Perguruan Pencak Silat” dirubah menjadi organisasi “Persaudaraan Setia Hati Terate”. Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya dan Darsono menjadi wakil ketua.
Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari pemerintah Pusat dan ditetapkan sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” atas jasa-jasa beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.
Memuat...

1 Response to “SEJARAH PSHT”

1.     Description: https://2.gravatar.com/avatar/2bd37c71ba9f42e7bb03b37fd31d6334?s=32&d=identicon&r=G1fatmalah siswa jambon
SALAM PERSAUDARAAN JA MAZ DRI Q WE LOVE YOU MAZ


Berikan Balasan

halaman:

·        GAMBAR LAMBANG PSHT
·        PSHT(1922) & STK(1903)
·        SEJARAH PSHT
Description: https://2.gravatar.com/avatar/e5865e70a600599d3c91f032f73ec596?s=128&d=identicon&r=G

meta

·        Mendaftar
·        Masuk log
·        RSS Entri
·        RSS Komentar
·        WordPress.com
januari 2015
S
S
R
K
J
S
M



1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

blogroll

·        WordPress.com
·        WordPress.org

arsip

·        Februari 2010 (2)

Pos-pos Terakhir

·        Makna lambang
·        PASHTER (wonogiri)

flickr photos


Follow “PSHT 1922”

Get every new post delivered to your Inbox.
Description: https://pixel.wp.com/g.gif?host=kuat22.wordpress.com&rand=0.6208354877308011&blog=11983747&v=wpcom&tz=0&user_id=0&post=35&subd=kuat22&ref=
Description: Logo Setia Hati Terate
Logo atau Bet PSHT

berikut ini adalah deskripsi dan definisi makna dari lambang logo atau biasa disebut bet PSHT :




  1. Hati Bersinar, melambangkan seseorang yang mampu memberi kebaikan untuk orang-orang disekitarnya.
  2. Hati Putih Bergaris Merah, bermakna cinta kasih ada batasnya.
  3. Tongkat Yang Membujur Lurus Di Bagian Atas, memiliki arti bahwa sebelum malakukan segala hal maka harus di awali dengan niat yang baik dan lurus.
  4. Persenjataan, melambangkan sebagai orang PSHT harus mampu menjaga atau melindungi dirinya.
  5. Pita Putih Dengan Garis Merah Ditengah, berarti berani karena benar takut karena salah.
  6. Terate, bermakna dapat hidup dimanapun dengan situasi dan kondisi apapun.
  7. Bunga Pada Terate antara lain kuncup (miskin), setengah mekar (sederhana), dan mekar (kaya) yang mengandung maksud bahwa dalamPSHT tidak membeda0bedakan siapapun orangnya. 
  8. Persaudaraan adalah hubungan batin antara sesama manusia yang sifatnya sam atau bahkan melebihi dari saudara kandung sendiri.
  9. Setia adalah jiwa yang tidak dapat dipisahkan dengan situasi dan kondisi apapun.
  10. Hati adalah segumpal darah yang menjadi pusat dari pikiran dan perbuatan manusia sehingga apabila hati itu baik maka semua akan menjadi baik dan apabila buruk maka semua akan menjadi buruk.
  11. Setia Hati adalah percaya pada diri sendiri berkiblat kepada Tuhan Yang Maha Esa serta yakin bahwa kekuatan tertinggi adalah pada Tuhan Yang Maha Esa.
  12. Sinar Putih memiliki arti bahwa berlakunya hukum timbal balik atau hukum karma.
  13. Warna Dasar Hitam melambangkan persaudaraan yang kekal abadi.
  14. Warna Kuning melambangkan kejayaan orang SH Terate
  15. Bentuk Segi Empat ( Empat Kiblat Lima Pancer ) yang bermakna bahwa dimanpun kita berada maka kita harus tetap se-Setia Hati.
semoga kita bisa memaknai dan mengamalkan yang telah kita terima pada jalan kebaikan dan juga untuk kebaikan kita semua.

Salam Paseduluran ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar